Iklan Header

    Investasi Pertanian di Indonesia pernah terjadi pada masa reformasi. Para petani melakukan perubahan-perubahan dalam pengadaan peralatan pertanian dan perlengkapan petani dalam menggarap sawahnya. Pertanian saat reformasi masih menjadi jenis pekerjaan yang dominan, namun sudah mulai beralih ke pertanian modern. 


    Revolusi hijau adalah perubahan cepat mengenai pembaruan teknologi pertanian dan peningkatan produksi pertanian, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Revolusi hijau sering disebut juga revolusi agraria, pengertian agraria meliputi bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan.


    revolusi-hijau-pada-masa-reformasi-dan-di-dunia

    Latar belakang revolusi hijau


    Revolusi hijau dimaknai sebagai perubahan bertani dari tradisional menjadi lebih modern. Revolusi hijau diilhami oleh tulisan ilmuwan Thomas Robert Malthus. Thomas melakukan penelitian dan mendapatkan kesimpulan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari. Kemiskinan terjadi karena pertumbuhan penduduk yang tinggi sedangkan peningkatan hasil pertanian (pangan) tidak terlalu banyak.


    Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa pertumbuhan penduduk berkembang mengikuti deret ukur, misal 1, 2, 4, 8, 16, 31, dan seterusnya). Sedangkan laju perkembangan hasil pertanian (pangan) mengikuti deret hitung seperti 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan seterusnya).


    Maka, dia berpendapat laju pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada laju pertumbuhan pangan. Sehingga, jumlah makanan di dunia tidak bisa mencukupi kebutuhan semua manusia di bumi ini.


    Dampak Revolusi Hijau


    Meskipun terlihat bagus, revolusi hijau dapat memberikan keuntungan dan kerugian bagi masyarakat secara keseluruhan. Dampak positif revolusi hijau di sektor pertanian :

    1. Munculnya tanaman varietas jenis unggul,
    2. Umur tanaman lebih pendek, sehingga bisa panen lebih sering dan banyak,
    3. Menyerap tenaga kerja yang lebih banyak akibat dari sering panen, sehingga pendapatan petani lebih banyak.

    Dampak negatif revolusi hijau di sektor pertanian :

    1. Munculnya sistem upah saat panen, yang awalnya panen dilakukan secara bersama-sama,
    2. Peningkatan produksi pertanian tidak diikuti dengan pendapatan masyarakat karena penggunaan teknologi modern,
    3. Ketergantungan terhadap bahan kimia,


    Baca juga : Jenis Tanaman Hasil Revolusi Hijau

    Tujuan Revolusi Hijau


    Tujuan revolusi hijau pada dasarnya adalah :

    1. Meningkatkan hasil dan mutu produksi,
    2. Meningkatkan tarif hidup dan pendapatan petani, peternak, dan nelayan,
    3. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha untuk menunjang pembangunan industri, termasuk investasi pertanian,
    4. Meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor.

    Baca juga : Alat dan Mesin Pertanian Modern

    Revolusi Hijau di Dunia


    Pasca Perang Dunia I


    Berawal dari Perang Dunia pertama yang mengakibatkan lahan-lahan pertanian di Eropa banyak yang hancur. Melihat kondisi tersebut maka ada pemikiran untuk membangun kembali lahan pertanian ditambah dengan inovasi baru untuk lebih mempercepat produksi pangan dunia.


    Maka, pengusaha dari Amerika Serikat muncul dengan terobosan pengembangan pertanian melalui berbagai penelitian di beberapa negara berkembang seperti Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan.


    Tujuan dari penelitian tersebut adalah menciptakan varietas tanaman unggul penghasil biji-bijian seperti beras dan gandum. Penelitian tersebut disponsori oleh Ford and Rockfeller Foundation.


    Selain meneliti varietas unggul dari beras dan gandum, teknologi di bidang pertanian juga senantiasa diperbaruhi para investor pertanian. Sehingga muncul peralatan pertanian modern seperti bajak, alat penyemprot hama, dan mesin penggiling padi.


    Namun, perkembangan invest pertanian tersrbut harus terhenti sejenak karena Perang Dunia II. Akibat dari Perang Dunia II tersebut membuat banyak lahan pertanian mengalami kerusakan.


    Baca juga : Revolusi Hijau di Meksiko dan Filipina

    Pasca Perang Dunia II


    Pasca Perang Dunia II menjadi langkah awal lagi dalam pengembangan di bidang pertanian. Dilakukan berbagai upaya investasi pertanian untuk menangani masalah pangan tersebut dengan pembukaan lahan pertanian baru, mekanisme pertanian, penggunaan pupuk, serta mencari metode yang tepat untuk membasmi hama tanaman.


    Pada tahun 1943 (sebelum berakhirnya perang Dunia II), diadakan Konferensi Hot Spring. Konferensi tersebut membicarakan usaha peningkatan produksi pangan di Eropa serta masalah pertanian dan kemiskinan dunia.


    Hasil dari pertemuan tersebut berupa kesepakatan invest pertanian tentang peningkatan produksi pangan, perbaikan distribusi, peningkatan taraf hidup konsumen maupun produsen, dan pengadaan kebutuhan yang cukup di seluruh dunia.


    Konferensi Hot Spring 1943 tersebut menjadi pelopor berdirinya organisasi pangan dan pertanian dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) yang bernaung di bawah PBB.


    Revolusi hijau hasil penelitian tersebut sudah memperlihatkan hasilnya pada negara-negara berkembang seperti India dan Filipina. Di India, revolusi hijau berhasil dengan hasil panen gandum yang berlipat dalam waktu 6 tahun. Hingga tahun 1970 India sudah hampir dapat memenuhi kebutuhan negaranya sendiri.


    Sementara di Filipina, revolusi hijau juga berhasil mengakhiri setengah abad ketergantungan terhadap beras yang diimpor ke negara tersebut. Lembaga penelitian pangan Filipina seperti International Rice Research Institute berhasil mengembangkan bibit unggul padi bernama IR-8 yang sangat produksi. Bahkan akhir tahun 1960-an Filipina menjadi negara pengekspor beras.


    Baca juga : Menguntungkan! Dengan Investasi Pertanian

    Perkembangan Selanjutnya


    Awal tahun 1970, dibentuk Consultative Group on International Agriculture Research (CGIAR). Tujuan pembentukan CGIAR adalah untuk memberikan bantuan kepada pusat penelitian internasional.


    Pusat penelitian yang pernah di beri bantuan seperti International Rice Research Institute (Filipina) dan Maize Wheat Improvement Centre (IMWIC) di Meksiko.


    Penelitian tentang revolusi hijau semakin lengkap dengan penemuan jenis tanaman biji-bijian yang cocok untuk mengubah energi surya menjadi karbohidrat pada tanah yang diolah menjadi subur dengan tanaman yang tahan terhadap penyakit.


    Penelitian tersebut digagas oleh Norman Borlaug, bahkan pada tahun 1970 dia mendapat hadiah nobel atas jasanya.


    Penerapan Revolusi Hijau di Indonesia


    Revolusi hijau di indonesia dimulai sejak adanya penggunaan pupuk dan pestisida kimia di masa orde baru. Revolusi hijau orde baru adalah sebuah proyek untuk menghasilkan produksi pertanian dengan menggunakan teknologi modern. Revolusi ini dimulai sejak tahun 1970-an.


    Tahun 1980-an, pemerintah menginstruksikan penanaman padi, pemakaian bibit impor, pupuk kimia, pestisida dan lain-lain. Terbukti indonesia pernah menjadi negara swasembada beras saat itu.


    Tahun 1990-an, mulai terjadi hal yang di luar perhitungan. Banyak petani yang gagal panen karena serangan hama, ketergantungan penggunaan pupuk, penggunaan pestisida yang tidak manjur lagi, dan hasil panen dijual dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.


    Revolusi hijau yang terjadi di Indonesia memang pernah membuat negera ini swasembada beras. Namun dalam jangka waktu tersebut secara perlahan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah menurun, tanah dan tumbuhan mengandung residu pestisida sertaa terjadi ledakan serangan hama.


    Revolusi hijau pada masa orde baru memang menjadi suatu prestasi yang prestisius. Namun, dibalik keberhasilan di bidang pertanian, terdapat kaum petani yang mengalami kerugian karena lahan mereka yang sudah tidak subur lagi serta harus sesuai aturan pemerintah.


    Di Indonesia, revolusi hijau berhubungan dengan hal-hal berikut :

    1. Industri Pertanian
    2. Industri Perkebunan
    3. Industri Perikanan
    4. Industri Kehutanan
    5. Industri Peternakan

    Revolusi Hijau di Indonesia dirumuskan dalam konsep "Pancausaha Tani". Konsep ini hanya berlangsung selama tahun 1984-1989. Pancausaha Tani mengusung konsep :



    Dalam rangka peningkatan produksi pangan dan produksi pertanian umumnya dilakukan dengan empat usaha pokok, yaitu :


    1. Intensifikasi pertanian adalah usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul; pemupukan teratur; pengairan yang cukup; pemberantasan hama secara intensif; dan teknik penanaman yang lebih teratur (Pancausaha Tani).


    2. Ekstensifikasi pertanian adalah usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.


    3. Diversifikasi pertanian adalah usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani.

    4. Rehabilitasi pertanian adalah usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.


    Demikian pembahasan tentang revolusi hijau dengan berbagai investasi pertanian yang berkembang hingga sekarang. Semoga bermanfaat. Wassalamu'alaikum.


    Previous : Perkembangan IPTEK Dunia dan Islam Next : Akibat Perang Dingin terhadap IPTEK

    Post a Comment